PEMBELAJARAN
BTA DENGAN METODE AL-BAGHDADI
PENDAHULUAN
Al-qur’an
merupakan kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dimulai
dari surat Al-fatihah, diakhiri surat An-nas dan bagi yang membacanya dinilai
ibadah. Dan cara membacanya juga bermacam-macam dengan gaya nada yang berbeda-beda
dan qira’ah yang ada tujuh(qira’ah sab’ah).
Tulisan Al-qur’an yang ada pada zaman sekarang ini adalah model mushaf ustmani,
bukan tulisan Al-quran asli pada masa Nabi Muhammad SAW. Oleh karenaitu
dinamakan bid’ah, dan mempelajari ilmu tajwid juga bid’ah. Tetapi tidak semua bid’ah itu buruk dan pelakunya akan
masuk neraka, karena bid’ah itu ada
yang baik dan adapula yang buruk. Dan mempelajari ilmu Al-quran adalah bid’ah yang hasanah
Karena
membaca Al-qur’an diwajibkan harus mengukuti kaidah-kaidah yang telah
ditetapkan oleh para ulama, maka mempelajarinya juga dihukumi wajib. Seperti
kaidah fiqih yang berbunyi “sesuatu yang wajib apabila tidak akan sempurna
kecuali dengan sesuatu yang menyempurnakannya, maka sesuatu yang
menyempurnaknya juga dihukumi wajib pula. Oleh sebab itu mempelajari ilmu
tajwid dihukumi wajib.
Dalam
metode pembelajaran Al-qur’an dikenal dengan nama metode Al-baghdadi,yang dimana metode tersebut adalah
metode yang paling lama digunakan pada kalangan masyrakat. Biasanya juga dikenal
dengan ngaji turutan. Dan pembelajaranya juga dimulai dari yang sangat dasar,
yaitu pengenalan huruf hijaiyah.
A.
Sejarah
dan Pengenalan Metode Al-Baghdadi
Beraasal dari katanya yaitu Al-Baghdadi, metode ini
berasal dari kota Baghdad, Iraq. Belum diketahui secara pasti munculnya metode
ini, metode ini muncul pada era sebelum 1980an di Indonesia. Metode ini
merupakan yang pertama muncuul dan merupakan metode tertua di Indonesia yaitu
dengan pengajian huruf hijaiyah dan juz ama.[1]
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu
metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau
lebih kita kenal dengan sebutan metode alif,
ba’, ta’[2].
Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan
digunakan masyarakat Indonesia bahkan metode ini juga merupakan metode yang
pertama berkembang di Indonesia. Buku metode Al-Baghdady ini hanya terdiri dari
satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan Alqur’an kecil atau Turutan. Hanya
sayangnya belum ada seorang pun yang mampu mengungkap sejarah penemuan,
perkembangan, dan metode pembelajarannya sampai saat ini.
Cara pembelajaran metode ini dimulai dengan
mengajarkan huruf hijaiyah, mulai dari alif sampai ya’. Dan pembelajaran
tersebut diakhiri dengan membaca juz ‘Amma. Dari sinilah kemudian santri atau
anak didik boleh melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pembelajaran
Alqur’an besar atau Qaidah Baghdadiyah.
B.
Praktik
pembelajaran metode al-Baghdhadi
Telah masyhur dalam kitab-kitab turutan terutama
dalam kitab qowaidah bagdadiyah ma’a juz
‘ama,[3]
disitu terdapat cara-cara pembelajaran Al-quran dengan cara metode al-Baghdadi.
Dalam buku ini santri akan akan diajarkan melalui tahap-tahap yang disediakan
oleh teori ini. Supaya nantinya peserta didik bisa membaca Al-qur’an dengan
lancar dan benar . Tahapan-tahapan tersebut mencakup dari pengenalan huruf hijaiyah hingga cara menyambungkan
huruf-huruf tersebut. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah:
a. Tahap pengenalan huruf hijaiyah
Pada tahap ini santri dituntut untuk menghafal
huruf hijaiyah yang ada 30 (lam alif dan
hamzah diikut sertakan) tanpa
menggunakan harakat. Dengan cara mengejanya, menulisnya, dan menghafalkanya.
Dengan demikian peserta didik bisa mengerti dasar dari huruf arab.
Contoh:
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه لا ء ي
Dibaca:
alif, ba, ta, tsa, jim, kha, kho, dal, dzal,
ro, za, sin, syin, shod, dhod, tho, dzo,
‘ain, ghain, fa, qof, kaf,
lam, mim, nun, wawu, ha, lam alif, hamzah, ya
b. Tahap pengenalan huruf dengan harakat
Setelah murid-murid tersebut sudah
menghafal huruf hijaiyah yang tidak
menggunakan harakat, tahap selanjutnya muirid-murid tersebut disuruh untuk
menghafal huruf hijaiyah yang sudah diberi harakat.
Harakat yang pertama dikenalkan adalah harakat fathah.
Contoh:
اَ بَ تَ ثَ جَ حَ خَ دَ ذَ رَ زَ سَ شَ صَ ضَ طَ ظَ عَ غَ فَ قَ كَ
لَ مَ نَ وَ هَ لَا ءَ يَ
Dibaca: a, ba, ta, tsa, ja, kha, kho, da,
dza, ro, za, sa, sya, sho, dho, tho, dzo, ‘a, gho, fa, qo, ka, la, ma, na, wa,
laa, a, ya
Kemudian para murid dapat menghafalkan
huruf-huruf yang berharakat selain fathah yaitu kasrah dan dhamah masing-masing
dari huruf hijaiyah satu hurufnya diulang-ulang sebanyak tiga kali yang
kemudian diberi harakat fathah, kasrah,
dan dhamah. Dengan demikian
murid-murid akan mengerti bagaimana huruf hijaiyah yang berakat fathah, kasrah, dhamah, dan bagaimana
bentuk fathah, kasrah, dhamah.
Contoh:
(dan
seterusnya)اَ اِ اُ بَ بِ بُ
تَ تِ تُ ثَ ثِ ثُ جَ جِ جُ
Kemudian setelah itu santri-santri akan
belajar mengenal harakat yang bertanwin yaitu fathah tanwin, kasrah tanwin, dan dhamah tanwin. Sama dengan yang
diatas dalam tingkat ini masing-masing dari huruf hijaiyah juga satu hurufnya
diulang-ulang sebanyak tiga kali yang kemudian diberi harakat fathah tanwin, kasrah tanwin, dan dhamah
tanwin.
Contoh:
(dan
seterusnya) اً اٍ
اٌ بً بٍ بٌ تً تٍ تٌ
ثً ثٍ ثٌ جً جٍ جٌ
c. Tahap pengenalan huruf sambung
Pada
tahap ini para santri akan diajarkan bagaimana bentuk huruf-huruf yang
disambung dan diajarkan juga bagaimana cara membacanya. Selain itu peserta
didik dapat mengetahui mana huruf yang bisa disambung dan mana yang tidak bisa
disambung.
Peserta
didik juga dituntun untuk membaca huruf yang sudah disambung. Dengan
menggunakan kaidah-kaidah yang telah disepakati para ulama. Kaidah-kaidah
tersebut meliputi hokum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan lain-lain.
Dengan
cara seperti itu maka peserta didik akan mengetahui bacaan-bacan yang ada dalam
Al-qur’an dan mengetahui kaidah-kaidah yang benar.
Contoh:
اَلَّا
بَلَّا تَلَّا ....
اِنِّيْ
بِنِّيْ تِنِّيْ ....
d. Tahap pengenalan juz ‘ama
Setelah
murid-murid telah menguasai huruf-huruf sambung dan dapat membacanya dengan
baik dan benar, kemudian tahap selanjutnya para santri dicoba untuk membaca
surat-surat yang ada di juz 30 atau juz ‘ama. Setelah selesai menguasai
surat-surat yang ada di juz ‘ama barulah para santri bisa membaca Al-qur’an.
Setelah
peserta didik bisa membaca juz’ama
maka peserta didik disuruh menghafalkan juz’ama
berawal dari surat fatihah sampai
surat ‘ama yatasa aluun. Dan disuruh
mengulang-ulang surat yang dihafalkan
Dalam
kaidah al-Baghdadi tidak diutamakan pembacaan dengan menggunakan lagu-lagu.
Biasanya dalam kaidah ini dilengkapi dengan alaat yang berupa kayu untuk
mengukur panjang pendeknya suatu huruf dalam Al-qur’an.[4]
Alat Ketuk ini dipercayai boleh menarik
minat anak-anak pada umumnya untuk belajar Al-Quran dengan cara yang lebih
menyeronokkan serta merangsang kreativitas dan tidak membuat anak-anak menjadi
bosan.
Dalam metode al-Baghdadi yang diterbitkan
oleh penerbit al-Alwah juga disertai dengan tatacara atau adab –adab membaca Al-qur’an[5].
Adab-adab membca Al-qur’an diantaranya adalah:
v Berwudu
terlebih dahulu
v Membca
ditempat yang bersih, terutama di masjid.
v Berpakaiyan
yang pantas dan bersih.
v Duduk
menghadap kiblat dengan husu dan tenang.
v Bersiwak
dan membersihkan mulut.
v Membca
ta’awud dan basmalah (kecuali dalam surat
attaubat)
v Membaca
dengan penuh ikhlas dan hanya mengharap rido allah.
v Dibaca
dengan bagus, teratur, dan tartil.
v Sujud
tilawah pada setiap selesai membaca ayat sajdah.
v Membaca
shadaqallahula’dzim sebagai penutup.
Setelah peserta didik telah menguasai kaidah-kaidah
membaca Al-qur’an, para pengajar atau ustadz
juga dituntut untuk mengajarkan niat wudlu,
doa-doa seperti doa setelah wudlu, sebelum wudlu, masuk masjid, keluar masjid, doa penerang hati, doa belajar,
dan lain-lain yang sekiranya bermanfaat bagi peserta didik. Supaya para murid
tidak bosan belajar materi tajwid terus.
C.
Kelebihan
dan Kekurangan
Metode Al-Baghdadi memiliki kelebihan dan kekurangan.
Diantara kelebihannya adalah metode ini lebih simple dan sistematis, para
santri atau peserta didik dapat menghafal atau mengenal huruf-huruf yang belum
diberi kharakat dan bisa mengetahui cara menggabung huruf satu persatu. Selain
itu juga dalam kaidah ini terdapat cara membaca huruf yang keluar dari
makhrajnya.
Sementara kekurangannya adalah tidak dijelaskan
bagaimana cara pengajaran dengan metode ini. kaidah ini tidak disertakan
tajwid,ketentuan-ketentuan pembelajaran terdapat pada pendidik yaitu tergantung
cara pembelajaran si pendidik.
D.
Kesimpulan
Metode Al-baghdadi adalah metode yang
paling tua diantara metode-metode lainya, tetapi metode ini belum ada yang
mengetahui sejarah perkembangan metode ini. Walaupun sejarah perkembanganya
tidak jelas, tetapi metode ini banyak digunakan oleh pengajar-pengajar di
Indonesia, terutama pada setiap pelosokm desa. Karena terbilang mudah dan tidak
membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiqurrahman
R., Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM.,
Bashori
Alwi, Malang : CV. Alwaah penerbit, 2005.
Kang Turab, “Sejarah Al-baghdadi”,
http//.www.sejarah.pembelajaran_al-qur’an.com,
diakses 02 Oktober 2013 pukul 11.00.
Maktabah
wa matba’ah al-wa ah
(Surakarta)
[1]
Kang Turab, Sejarah
Al-baghdadi, http//.www.sejarah.pembelajaran_al-qur’an.com,
02 Oktober 2013, 11.00 AM
[2] H.R.
Taufiqurrahman. MA. Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM. Bashori
Alwi, (Malang, IKAPIQ Malang, 2005), Hal. 41
[3] Maktabah wa matba’ah al-wa ah
(Surakarta) hal 1-24
[4] H.R.
Taufiqurrahman. MA, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM.
Bashori Alwi, (Malang, IKAPIQ Malang, 2005), Hal. 41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar