Jumat, 16 September 2016

PEMBELAJARAN BTA DENGAN METODE AL-BAGHDADI

PEMBELAJARAN BTA DENGAN METODE AL-BAGHDADI



PENDAHULUAN
Al-qur’an merupakan kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dimulai dari surat Al-fatihah, diakhiri surat An-nas dan bagi yang membacanya dinilai ibadah. Dan cara membacanya juga bermacam-macam dengan gaya nada yang berbeda-beda dan qira’ah yang ada tujuh(qira’ah sab’ah). Tulisan Al-qur’an yang ada pada zaman sekarang ini adalah model mushaf ustmani, bukan tulisan Al-quran asli pada masa Nabi Muhammad SAW. Oleh karenaitu dinamakan bid’ah, dan mempelajari ilmu tajwid juga bid’ah. Tetapi tidak semua bid’ah itu buruk dan pelakunya akan masuk neraka, karena bid’ah itu ada yang baik dan adapula yang buruk. Dan mempelajari ilmu Al-quran adalah bid’ah yang hasanah
Karena membaca Al-qur’an diwajibkan harus mengukuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh para ulama, maka mempelajarinya juga dihukumi wajib. Seperti kaidah fiqih yang berbunyi “sesuatu yang wajib apabila tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu yang menyempurnakannya, maka sesuatu yang menyempurnaknya juga dihukumi wajib pula. Oleh sebab itu mempelajari ilmu tajwid dihukumi wajib.
Dalam metode pembelajaran Al-qur’an dikenal dengan nama metode Al-baghdadi,yang dimana metode tersebut adalah metode yang paling lama digunakan pada kalangan masyrakat. Biasanya juga dikenal dengan ngaji turutan. Dan pembelajaranya juga dimulai dari yang sangat dasar, yaitu pengenalan huruf hijaiyah.
           





A.    Sejarah dan Pengenalan Metode Al-Baghdadi
Beraasal dari katanya yaitu Al-Baghdadi, metode ini berasal dari kota Baghdad, Iraq. Belum diketahui secara pasti munculnya metode ini, metode ini muncul pada era sebelum 1980an di Indonesia. Metode ini merupakan yang pertama muncuul dan merupakan metode tertua di Indonesia yaitu dengan pengajian huruf hijaiyah dan juz ama.[1]
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba’, ta’[2].
Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan digunakan masyarakat Indonesia bahkan metode ini juga merupakan metode yang pertama berkembang di Indonesia. Buku metode Al-Baghdady ini hanya terdiri dari satu jilid dan biasa dikenal dengan sebutan Alqur’an kecil atau Turutan. Hanya sayangnya belum ada seorang pun yang mampu mengungkap sejarah penemuan, perkembangan, dan metode pembelajarannya sampai saat ini.
Cara pembelajaran metode ini dimulai dengan mengajarkan huruf hijaiyah, mulai dari alif sampai ya’. Dan pembelajaran tersebut diakhiri dengan membaca juz ‘Amma. Dari sinilah kemudian santri atau anak didik boleh melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pembelajaran Alqur’an besar atau Qaidah Baghdadiyah.
B.     Praktik pembelajaran metode al-Baghdhadi
Telah masyhur dalam kitab-kitab turutan terutama dalam kitab qowaidah bagdadiyah ma’a juz ‘ama,[3] disitu terdapat cara-cara pembelajaran Al-quran dengan cara metode al-Baghdadi. Dalam buku ini santri akan akan diajarkan melalui tahap-tahap yang disediakan oleh teori ini. Supaya nantinya peserta didik bisa membaca Al-qur’an dengan lancar dan benar . Tahapan-tahapan tersebut mencakup dari pengenalan huruf hijaiyah hingga cara menyambungkan huruf-huruf tersebut. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah:

a.      Tahap pengenalan huruf hijaiyah
Pada tahap ini santri dituntut untuk menghafal huruf hijaiyah yang ada 30 (lam alif dan hamzah diikut sertakan) tanpa menggunakan harakat. Dengan cara mengejanya, menulisnya, dan menghafalkanya. Dengan demikian peserta didik bisa mengerti dasar dari huruf arab.
                        Contoh:
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه لا ء ي
Dibaca: alif, ba, ta, tsa, jim, kha, kho, dal, dzal, ro, za, sin, syin, shod, dhod, tho, dzo, ‘ain, ghain, fa, qof, kaf, lam, mim, nun, wawu, ha, lam alif, hamzah, ya
b.      Tahap pengenalan huruf dengan harakat
Setelah murid-murid tersebut sudah menghafal huruf hijaiyah yang tidak menggunakan harakat, tahap selanjutnya muirid-murid tersebut disuruh untuk menghafal huruf hijaiyah yang sudah diberi harakat. Harakat yang pertama dikenalkan adalah harakat fathah.
Contoh:
اَ بَ تَ ثَ جَ حَ خَ دَ ذَ رَ زَ سَ شَ صَ ضَ طَ ظَ عَ غَ فَ قَ كَ لَ مَ نَ وَ هَ لَا ءَ يَ
Dibaca: a, ba, ta, tsa, ja, kha, kho, da, dza, ro, za, sa, sya, sho, dho, tho, dzo, ‘a, gho, fa, qo, ka, la, ma, na, wa, laa, a, ya
Kemudian para murid dapat menghafalkan huruf-huruf yang berharakat selain fathah yaitu kasrah dan dhamah masing-masing dari huruf hijaiyah satu hurufnya diulang-ulang sebanyak tiga kali yang kemudian diberi harakat fathah, kasrah, dan dhamah. Dengan demikian murid-murid akan mengerti bagaimana huruf hijaiyah yang berakat fathah, kasrah, dhamah, dan bagaimana bentuk fathah, kasrah, dhamah.
                        Contoh:
(dan seterusnya)اَ اِ اُ  بَ بِ بُ  تَ تِ تُ  ثَ ثِ ثُ  جَ جِ جُ
Kemudian setelah itu santri-santri akan belajar mengenal harakat yang bertanwin yaitu fathah tanwin, kasrah tanwin, dan dhamah tanwin. Sama dengan yang diatas dalam tingkat ini masing-masing dari huruf hijaiyah juga satu hurufnya diulang-ulang sebanyak tiga kali yang kemudian diberi harakat fathah tanwin, kasrah tanwin, dan dhamah tanwin.
Contoh:
(dan seterusnya) اً اٍ اٌ  بً بٍ بٌ  تً تٍ تٌ  ثً ثٍ ثٌ  جً جٍ جٌ
c.       Tahap pengenalan huruf sambung
      Pada tahap ini para santri akan diajarkan bagaimana bentuk huruf-huruf yang disambung dan diajarkan juga bagaimana cara membacanya. Selain itu peserta didik dapat mengetahui mana huruf yang bisa disambung dan mana yang tidak bisa disambung.
Peserta didik juga dituntun untuk membaca huruf yang sudah disambung. Dengan menggunakan kaidah-kaidah yang telah disepakati para ulama. Kaidah-kaidah tersebut meliputi hokum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan lain-lain.
Dengan cara seperti itu maka peserta didik akan mengetahui bacaan-bacan yang ada dalam Al-qur’an dan mengetahui kaidah-kaidah yang benar.
Contoh:
اَلَّا بَلَّا تَلَّا ....
اِنِّيْ بِنِّيْ تِنِّيْ ....
d.      Tahap pengenalan juz ‘ama
Setelah murid-murid telah menguasai huruf-huruf sambung dan dapat membacanya dengan baik dan benar, kemudian tahap selanjutnya para santri dicoba untuk membaca surat-surat yang ada di juz 30 atau juz ‘ama. Setelah selesai menguasai surat-surat yang ada di juz ‘ama barulah para santri bisa membaca Al-qur’an.
Setelah peserta didik bisa membaca juz’ama maka peserta didik disuruh menghafalkan juz’ama berawal dari surat fatihah sampai surat ‘ama yatasa aluun. Dan disuruh mengulang-ulang surat yang dihafalkan
Dalam kaidah al-Baghdadi tidak diutamakan pembacaan dengan menggunakan lagu-lagu. Biasanya dalam kaidah ini dilengkapi dengan alaat yang berupa kayu untuk mengukur panjang pendeknya suatu huruf dalam Al-qur’an.[4]
Alat Ketuk ini dipercayai boleh menarik minat anak-anak pada umumnya untuk belajar Al-Quran dengan cara yang lebih menyeronokkan serta merangsang kreativitas dan tidak membuat anak-anak menjadi bosan.
Dalam metode al-Baghdadi yang diterbitkan oleh penerbit al-Alwah juga disertai dengan tatacara atau adab –adab membaca Al-qur’an[5]. Adab-adab membca Al-qur’an diantaranya adalah:
v  Berwudu terlebih dahulu
v  Membca ditempat yang bersih, terutama di masjid.
v  Berpakaiyan yang pantas dan bersih.
v  Duduk menghadap kiblat dengan husu dan tenang.
v  Bersiwak dan membersihkan mulut.
v  Membca ta’awud dan basmalah (kecuali dalam surat attaubat)
v  Membaca dengan penuh ikhlas dan hanya mengharap rido allah.
v  Dibaca dengan bagus, teratur, dan tartil.
v  Sujud tilawah pada setiap selesai membaca ayat sajdah.
v  Membaca shadaqallahula’dzim sebagai penutup.
Setelah peserta didik telah menguasai kaidah-kaidah membaca Al-qur’an, para pengajar atau ustadz juga dituntut untuk mengajarkan niat wudlu, doa-doa seperti doa setelah wudlu, sebelum wudlu, masuk masjid, keluar masjid, doa penerang hati, doa belajar, dan lain-lain yang sekiranya bermanfaat bagi peserta didik. Supaya para murid tidak bosan belajar materi tajwid terus.
C.    Kelebihan dan Kekurangan
Metode Al-Baghdadi memiliki kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihannya adalah metode ini lebih simple dan sistematis, para santri atau peserta didik dapat menghafal atau mengenal huruf-huruf yang belum diberi kharakat dan bisa mengetahui cara menggabung huruf satu persatu. Selain itu juga dalam kaidah ini terdapat cara membaca huruf yang keluar dari makhrajnya.
Sementara kekurangannya adalah tidak dijelaskan bagaimana cara pengajaran dengan metode ini. kaidah ini tidak disertakan tajwid,ketentuan-ketentuan pembelajaran terdapat pada pendidik yaitu tergantung cara pembelajaran si pendidik.
D.    Kesimpulan
Metode Al-baghdadi adalah metode yang paling tua diantara metode-metode lainya, tetapi metode ini belum ada yang mengetahui sejarah perkembangan metode ini. Walaupun sejarah perkembanganya tidak jelas, tetapi metode ini banyak digunakan oleh pengajar-pengajar di Indonesia, terutama pada setiap pelosokm desa. Karena terbilang mudah dan tidak membosankan.



DAFTAR PUSTAKA
Taufiqurrahman R., Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM.,
Bashori Alwi, Malang : CV. Alwaah penerbit, 2005.
Kang Turab, “Sejarah Al-baghdadi”, http//.www.sejarah.pembelajaran_al-qur’an.com,
diakses 02 Oktober 2013  pukul 11.00.
Maktabah wa matba’ah al-wa ah (Surakarta)



[1] Kang Turab, Sejarah Al-baghdadi, http//.www.sejarah.pembelajaran_al-qur’an.com, 02 Oktober 2013, 11.00 AM
[2]           H.R. Taufiqurrahman. MA. Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM. Bashori Alwi, (Malang, IKAPIQ Malang, 2005), Hal. 41
[3]               Maktabah wa matba’ah al-wa ah (Surakarta) hal 1-24
[4]           H.R. Taufiqurrahman. MA, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KHM. Bashori Alwi, (Malang, IKAPIQ Malang, 2005), Hal. 41
[5]               Ibiid 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar